Bocah kecil cerewet dengan tampang yang imut-imut
“keremus”,Bono namanya. Entah apa yang
terlintas di pikiran orang tuanya ketika memberikan nama kepada malikat kecil
mereka ketika menapakan dirinya ke dunia yang indah nan kejam ini. Terlintas
dalam pikiran saya mungkin terinspirasi dari dari personil band U2 yang bernama
sama dengan bocah kecil ,berwarna kulit kecoklatan dengan kepala yang selalu
tampil plontos,layaknya legenda sepakbola kelas dunia asal Brazil,Ronaldo. Dari
bocah kecil ini saya belajar melihat bagaimana seorang anak berusia 8 tahun
bertarung melawan kerasnya dunia. Membantu orang tua memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari minimal untuk makan dan
kebutuhan lainya bersama kedua adiknya. Seperti halnya bocah kecil lainya yang
tak mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan,Bono juga mempunyai mimpi
besar dan melangit, mungkin dia mengaharap tuah kalimat bung Karno “bermimpilah
setinggi langit,jika kau jatuh,kau kan jatuh diantara bintang-bintang”
,entahlah.
Setiap hari Bono kecil menjajakan Koran di persimpangan
jalan di bawah teduhnya tangkisan struktur kokoh arsitektur flyover terhadap terik sinar mentari. Bono
kecil selalu bermimpi untuk bisa sekolah,sekedar merasakan bagaimana rasannya
di tanyai guru soal penjumlahan dan pengurangan,merasakan terik mentari saat
ikut upacara bendera di sekolah atau sekedar memegang raport kecil bertulikan
nama,kelas,dan wali kelasnya. Tapi apa daya,lemahnya ekonomi keluarga memaksa
Bono ikut ambil bagian dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarga. Dan
menunda mimpinya untuk bersekolah.
Pertanyaan yang muncul setelah paragraf yang menceritakan
kisah singkat Bono di atas,”Adakah usaha serius pemerintah menangani kasus
seperti ini?,bukan hanya untuk Bono yang satu ini,tapi untuk Bono-Bono
lainnya,atau inisiatif kaum intelektual muda yang akan mengatasi masalah
seperti yang di alami Bono ini?,jawabannya jika pilihan kedua
yangmelakukannya,maka itu sebuah
tamparan keras untuk pemerintah agar lebih peduli terhadap masalah seperti ini.
Lupakan tentang pertanyaan tadi,semoga ada yang terefeki
denganya. Kita lanjutkan saja cerita tentang Bono kecil tadi yang mendapatkan
secercah harapan yang secara tidak sadar terjadi sangat singkat disaat kita
serius membaca dan menanggapi pertanyaan di paragraph ketiga. Harapan apa yang
di dapat Bono? Bono mendapatkan impiannya. Bersekolahkah Bono?, Iya. Tapi bukan
sekolah formal seperti umumnya,melainkan sekolah yang digagas kaum muda untuk
membantu orang-orang kurang beruntung dalam persoalan kemampuan ekonomi dalam
bersekolah. Disana bukan hanya Bono yang di ceritakan sejak awal tulisan
ini,tapi ada bono-bono lainnya disana. Mereka bahagia? Sangat bahagia. Karena
mereka mendapatkan pendidikan yang lebih bahkan lebih dari yang di dapatkan
anak-anak seusiannya di sekolah formal. Beruntungnya Bono kecil ini bertemu
dengan sosok serupa peri di cerita peterpan atau sosok serupa jin botol dalam
cerita dongeng aladin,yang mampu mewujudkan mimpinya,bersekolah. Entahlah hanya
saya dan Bono yang tau sosok-sosok itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar